Saturday, July 28, 2012

Ini lanjutan dari postingan Dilema Jadi Orang Indonesia. Ada kisah yang benar-benar luar biasa yang ingin saya jadikan inspiransi bagi kalian, pembaca yang budiman. Benar-benar super! Cerita ini adalah benar, ga di rekayasa, which is mean bukan fiksi. Kejadian yang benar-benar terjadi. Jadi kalo mau dijadiin pelem layar tancap, ga malu-maluin gitu.

Ini adalah kisah ‘mengenaskan’ berikutnya dari kejatuhan yang tak dikira. Ini adalah bentuk lain dari kegalauan jadi orang Indonesia.
Here’s the story...
Abis gue turun dari bis yang membuat gue sadar akan arti kejatuhan, gue sempet-sempetnya ngelirik jam tangan. Udah dikit lagi jam 1 cui! Gue pun dengan kepanikan yang santai berjalan melenggang indah ke arah angkutan kota lewat. Gue cari tempat yang ga kena matahari. Dengan kulit kayak gini, sebaiknya gue tetap mempertahankan intensitas pencahayaan.
Dengan sabarnya gue nunggu angkot. Angkot satu lewat, dan ternyata bukan tujuan gue. Angkot kedua lewat, dan ternyata  full. Angkot ketiga lewat, dan si sopir pun ngga ngelirik. Gue galau.
Dan yang bikin makin galau adalah, pas gue lagi nunggu angkot nih ya, ada seseorang yang hampirin gue. Laki-laki dan dari pengamatan gue sih umurnya sekitaran 27-an gitu terus dia kayaknya tukang ojek kompleks situ. Dia bilang gini sama gue :
*make bahasa Manado yah, supaya ga mengurangi aksen-aksen yang seharusnya ada*
Cewe, nda usah tarukira” translatenya : “Mbak, ga usah dikasih hati”
Wah, gue pun kaget. Maksudnya apa ini? Gue langsung ditembak sama stranger nih?
“Hah?” balas gue dengan menaikan satu kening
“Itu...” sambil dia nunjuk laki-laki berpakaian kotor dan robek sana sini.
Laki-laki yang dia tunjuk pun ngelirik ke gue. Saat itu akhirnya gue sadar kenapa gue ngga usah “kasih hati” sama dia,eh, dia, yang ditunjuk sama dia. *dia-nya kebanyakan*
Saat gue ngelirik dia yang kedua, si dia lagi megang-megang barang yang ga semestinya ga boleh diliat siapa pun kecuali dia, atau ibunya. Get it? Barang-nya ! Ia megang barangnya. Gue jadi parno. Takut banget sama orang yang ga tahu tempat.
Si dia pertama pun berkata :
Dia kwa gila,tambah le mabo, jadi nda usah tarukira” translate = si dia yang ketiga itu gila, jadi gue ga usah kasih hati
Ya iyalah gue ga kasih hati. Masa sama orang gitu gue kasih hati sih. Dimana harga diri gue?!?! Gue dilema. Antara bangga dan jijik. Bangga karena masih ada orang yang jeles sama negara kita, tapi jijik sama keadaan orang gila di negeri ini. Di saat banyak orang gila berkorupsi , orang gila beneran malah ditelantarkan. Rakyat pun akhirnya jadi galau. Harap-harap cemas. Takut bakal ketemu sama orang gila yang bebas kesana-kemari, yang bebas ngapa-ngapain, yang bebas megang apapun.
Kejadian ini mengingatkan gue akan kejadian tahun lalu kalo ga salah. Pas gue mau jalan-jalan sama Valen buat nyari baju di kawasan mall yang besar di kota kami, tiba-tiba ada om botak megang lengannya Valen. Gue jalan agak belakang dari Valen. Dengan heran dan otak yang membeku, gue cuman diam dan merhatiin nih orang mau ngapain. Gak beku gimana-gimana sih otak gue. Saat itu gue mikir gue lagi masuk reality show apa gitu. Orang yang kehilangan anaknya terus butuh pertolongan atau apa gitu. Ternyata dia cuman orang gila yang mau menebarkan bau yang entah dari mana. Dengan muka yang miris hamper nangis dan hati yang berdarah-darah, airmata kami terpaksa harus ditahan. Yah, inilah sisi lain dari dunia ini. Penebaran bau tak sedap dengan paksaan.
Ini baru kasus-kasus kecil dan menjengkalkan dari Indonesia kita ini. Haruskah ada korban penebaran bau tak senonoh lagi? Plis pemerintah, tolong diperhatiin area-area yang ga keliatan berbahaya sekalipun. Sering lho malah itu yang jadi tempat rawan.
Kasus-kasus berat kayaknya ga pantas  gue bahas disini. Selain gue ngga tahu apa-apa tentang itu, gue yakin kasus-kasus itu lebih kotor dan menyengat daripada pelecehan bau. Lebih menjijikan daripada orang gila yang lagi sakau dan mabuk terus kesana-kemari dengan sengaja membuka area-area yang seharusnya ditutup.
Kasus-kasus kecil seperti ini aja masih susah buat diatasi, apalagi yang emang busuk deket mampus baunya. Ini mungkin teguran yah buat kita semua kalo kita juga harus aware sama sesame dan sekitar kita. Bukan cuma menaikan suara didepan telivisi memaki petinggi-petinggi Negara kita. Karena sebenarnya kita ngga perlu menunggu pemerintah buat bertindak menyelesaikan masalah, kan bisa dimulai dari kita. Perhatian sama sekitar, apa aja yang kita bisa lakukan untuk membuat Negara ini makin dicintai oleh warga negaranya sendiri. Kayak pepatah dari Negara Paman Sam, jangan tanyakan apa yang udah Negara kasih sama kamu, tapi Tanya apa yang udah kamu kasih sama Negara. Mari berjuang !!!

wonderzka . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates