Immortality
“I'd rather regret the things I've done than regret the things I haven't done” - Lucille Ball
Apa anda percaya tentang reinkarnasi? Jika ya, apakah anda mau mengulang kehidupan yang sekarang alami? Jika tidak, apakah anda punya penyesalan tentang hidup ini?
Kita manusia pasti punya penyesalan. Menyesal tidak berusaha maksimal, menyesal tidak menggunakan kesempatan yang akhirnya berlalu, atau mungkin seperti saya yang menyesal tidak melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam waktu kehidupan ini yang sangat berharga untuk menunda-nunda.
Saya pernah bertanya pada sahabat saya, tentang pandangannya tentang quote di atas. Menyesal mana melakukan sesuatu atau menyesal karena tidak melakukannya. Kami berbagi pendapat dengan melibatkan contoh-contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan kami. Dan kami menyimpulkan, ada hal-hal dimana quote itu berlaku dan ada yang tidak.
Dan kali ini, dalam tulisan blog saya ini yang sederhana, saya ingin menyatakan kalau quote itu kali ini, benar. Ada banyak hal yang saya sesali tidak melakukannya selagi masih ada kesempatan.
Contohnya, selagi orangtua masih ada, kita memperlakukan mereka dengan seliar-liarnya kita. Membuat mereka kecewa, marah dan sejenisnya. Contoh lain, selagi masih ada orang tersebut, selagi masih ada rasa yang kita rasakan, mengapa kita tidak ungkapkan. Entah itu rasa kekecewaan, rasa mengagumi atau rasa-rasa lainnya. Kita sering membuat alasan untuk menunda-nunda berbuat baik kepada orang lain. Dan saat kesempatan itu pergi, rasa penyesalan akan memeluk erat sampai kita merasa tak mampu bernapas lega lagi.
Reinkarnasi bukanlah alasan yang tepat, untuk “menunggu” kesempatan di kehidupan selanjutnya. Jika anda hidup sekarang, maka berbuatlah sekarang. Jangan sampai kehidupan sekarang malah seperti kesempatan anda untuk menunda-nunda apa yang harusnya dikerjakan saat ini.
Penyesalan yang saya alami ini lebih sakit daripada rasa sakit hati. Karena ada rasa marah dan rasa jengkel saya terhadap diri saya sendiri. Rasa marah dan jengkel karena saya hobinya menunda-nunda dengan alasan “menunggu saat yang tepat”. Saya salah besar. Menunggu dan menunda itu beda banget. Menunggu itu adalah pekerjaan yang menguji rasa sabar, tapi menunda itu adalah membuat alasan-alasan untuk melakukakan sesuatu sesudah inilah itulah, yang berujung pada rasa penyesalan.
Rasa penyesalan saya datang dari penundaan untuk melakukan yang terbaik demi yang saya sayang. Yang berujung pada perpisahan yang saya terlalu cepat, karena saya tidak menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Saya menyia-nyiakan kesempatan yang sekarang tak bisa kembali lagi.
Kita manusia diberikan hikmat yang mulia dan waktu yang terbatas oleh Yang Maha Esa. Gunakanlah kedua hal tersebut dengan sebaik-baiknya.